Rabu, 11 Januari 2017

Ziarah ke Makam Sunan Gunung Jati




sebuah pengalaman wisata religi baru saja saya alami, entah ini karena suatu kebetulan atau tidak. Sepulang dari ziarah ke makam Sunan Gunung Jati, saya merasakan sebuah ketentraman jiwa yang luar biasa. Mungkin banyak juga yang mengalami hal yang sama seperti saya. Sudah lama sebenarnya saya berkeinginan mengunjungi makam ini, namun baru kali ini bisa terwujud. Kompleks makam Sunan Gunung Jati adalah langganan tujuan wisata spiritual umat Islam, baik yang tinggal di wilayah Cirebon maupun tempat lain di Indonesia. Sunan Gunung Jati adalah salah satu diantara sembilan orang penyebar agama Islam terkenal di Pulau Jawa yang dikenal dengan sebutan Wali Songo. Bila ditarik garis keturunannya maka silsilah sebelum Sunan Gunung Jati akan sampai kepada Nabi Muhammad SAW melalui cucu Nabi yang bernama Imam Husain. Pada masa kejayaannya Sunan Gunung Jati juga dikenal sebagai Pemimpin rakyat karena beliau pernah menjadi raja di Kasultanan Cirebon, bahkan sebagai sultan pertama Kasultanan Cirebon yang dulunya bernama Keraton Pakungwat

Kompleks Makam Sunan Gunung Jati memiliki lahan seluas lima hektare, terletak di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Jaraknya kira-kira 3 km sebelah utara Cirebon. Selain tempat utama untuk peziarah, kompleks ini juga dilengkapi tempat pedagang kaki lima, alun-alun, lapangan parkir, dan fasilitas umum lain. Kawasan Makam Sunan Gunung Jati terdiri dari dua kompleks makam. Yang utama ialah Kompleks Makam Sunan Gunung Jati di Gunung Sembung terdiri dari sekitar 500 makam, letaknya di sebelah barat Jln. Raya Cirebon-Karangampel-Indramayu. Yang satu lagi yakni Kompleks Makam Syekh Dathul Kahfi di Gunung Jati, berada di timur jalan raya. Aura mistis begitu kental terasa saat saya masuk lebih dalam ke areal Makam. Terkagum-kagum saya melihat ratusan makam berjejer rapi nan artistik.  

Kompleks Makam Sunan Gunung Jati di Gunung Sembung memiliki 9 pintu utama (Lawang Songo). Namun demikian untuk peziarah umum, hanya diizinkan sampai pintu ke-4 di serambi muka Pesambangan. Serambi muka dibatasi Lawang Gedhe, pintu pembatas bagi peziarah umum. Area di depan Lawang Pasujudan Makam Sunan Gunung Jati ini merupakan tempat dimana para peziarah biasa berkumpul dalam kelompok-kelompok dan bersama-sama berzikir memanjatkan doa.
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah lahir sekitar tahun 1450 dari ayah bernama Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar asal Gujarat, India, yang dikenal sebagai Syekh Maulana Akbar oleh kaum Sufi, dan ibu bernama Nyai Rara Santang, putri Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang. 
 
 
 
 
Sunan Gunung Jati merupakan satu-satunya Walisongo yang menyebarkan Islam di Jawa Barat. Selain berperan besar dalam penaklukan Sunda Kelapa oleh Fatahillah pada 22 Juni 1527, yang sebelumnya merupakan satu-satunya kota pelabuhan yang masih dikuasai oleh Kerajaan Sunda Pajajaran. Konon pada saat jatuhnya ibu kota Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran pada 1568, Sunan Gunung Jati memberi dua pilihan. Pilihan pertama, para pembesar Istana Pakuan yang masuk Islam akan dipertahankan kedudukan dan gelarnya sebagai Pangeran, Putri atau Panglima dan boleh tetap tinggal di keraton masing-masing. Sebagian besar Pangeran dan Putri Raja menerima pilihan pertama ini. Pilihan kedua adalah bagi yang tidak masuk Islam harus keluar dari ibukota Pakuan dan pindah ke pedalaman Banten, yang sekarang bernama Cibeo. Panglima dan Pasukan Kawal Istana yang jumlahnya 40 orang memilih keluar dari ibukota, yang kemudian menjadi cikal bakal penduduk Baduy Dalam.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar